Setitik harap terpancar ditepian langit malam hari
mengusik keraguan, memantik keyakinan
untuk sekadar ingin tahu
apa aku termasuk orang yang kau perlu?
entah berapa jam yang kuhabiskan sia-sia
hanya untuk mengerti
bagaimana menyalurkan sebuah rasa
yang tercipta dengan begitu saja
lantas aku memberanikan diri
mendekati meski sering kau hindari
mengabari meski sering kau peduli
peduli? tepat sekali
aku berasumsi bahwa: kau sama denganku
butuh seorang raga yang mampu memecah tabiat rindu
mengerti isi kepala dan paham arti sendiri
persis seperti yang kau tulis dihari lalu
dan ku yakini, itu sama sepertiku
Suatu hari aku bertanya...
dengan perangai penasaran yang teramat luar biasa
siapa sosok dibalik tulisanmu kala malam itu?
'seseorang yang raganya dekat namun dengan perasaan yang tak jelas'
jawabnya dengan tegas
apakah aku?
'bukan'
dengan kata lugas nan sopan
baiklah, ku kira itu aku
sebuah keikhlaskan memaksaku untuk menerima
menancapkan mata pisau paling tajam menusuk sukma
ternyata bukan aku
b-u-k-a-n a-k-u
bukan aku kan yang salama ini kau perlu?
bukan aku kan yang selama ini menemani sepimu?
bukan aku juga kan yang selama ini kau tulis disela waktu
waktu yang menuntunmu
untuk membalas pesan-pesanku
Enigma: Nara Yang Tak Bersumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar