Rabu, 30 Januari 2019

Inilah saya bagi keluarga dan kontribusi yang telah, sedang, serta akan saya berikan untuk Indonesia


Orang tua senantiasa menginginkan anak yang bermanfaat bagi manusia yang lain— terlepas dari seberapa pintar dan pandai anaknya— yang terpenting anaknya menjadi orang baik dan bermanfaat bagi sesamanya. Sama halnya dengan kedua orang tua saya, mereka sering kali memberikan pembelajaran-pembelajaran tentang etika dan agama secara tidak langsung. Seperti halnya memprioritaskan orang lain yang sedang membutuhkan ketimbang memenuhi keinginan kita sendiri, pentingnya menjadi pribadi yang rendah hati, pun mengajarkan sepintar apapun kita—jika tidak memiliki hati yang baik—apa artinya kepintaran tersebut?
Bagi keluarga saya, saya adalah seorang anak bungsu yang acap kali membuat kejutan-kejutan bagi mereka. Dari mulai hobi saya yang beragam, kabar-kabar baik yang selalu saya bagikan pada mereka, sampai pencapaian-pencapaian yang beberapa kali membuat mereka tersenyum bahagia. Dilain sisi, sekarang saya menjadi harapan terbesar bagi mereka. Mereka menitipkan harapan yang begitu besar kepada saya untuk dapat— setidaknya—mencapai apa yang dahulu tak sempat kedua orang tua saya capai. Namun, mereka tak membebani saya akan hal tersebut. Mereka selalu mendukung apapun kegiatan yang saya lakukan; aktif di himpunan, aktif di komunitas stand up comedy, aktif di kegiatan-kegiatan sosial, dan kegiatan lainnya. Mereka tak pernah melarang saya untuk mengekspresikan dan menyalurkan hobi-hobi saya selama itu tidak merugikan. Mereka menitipkan kepercayaan sepenuhnya bahwa saya tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik seperti; merokok, minum minuman keras, dll. Maka dari itu, saya selalu berusaha untuk terus menjaga kepercayaan mereka meskipun sudah menjadi anak kos yang jarang pulang ke rumah dan jauh dari pengawasan mereka.
Dewasa ini, saya semakin sadar akan pentingnya peran orang tua yang membiayai saya untuk kuliah. Seperti yang dilansir dari laman www.cnbcindonesia.com, Indonesia masuk dalam 15 besar negara dengan biaya pendidikan termahal menurut survey yang dilakukan oleh HSBC dan Indonesia berada di peringkat 13. Dengan begitu, orang tua saya harus banting tulang demi membiayai saya kuliah—lengkap dengan biaya sewa dan biaya hidup indekos. Dalam hati kecil saya, ingin sekali meringankan beban mereka dengan mencoba berbisnis berjualan keripik dll, namun tidak berjalan dengan lancar. Saya pun mencoba mencari-cari informasi mengenai beasiswa yang dapat saya ajukan, dan muncul lah Beasiswa Bazma Pertamina. Semoga rezeki dari Allah untuk saya diperantarakan oleh Beasiswa Bazma Pertamina ini, Aamiin.
Mengenai kontribusi untuk Indonesia, pada akhir September 2014, saya mewakili Kota Bandung dan Indonesia untuk mengikuti ajang turnamen sepakbola Borneo cup di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Setelah melalui proses penyeleksian—yang lumayan panjang—disalah satu klub sepakbola di Bandung, alhamdulillah saya terpilih untuk ikut bersama rekan tim yang lain terbang ke Malaysia. Dalam ajang ini, kami keluar sebagai juara ke-3 kelompok umur 15 tahun. Air mata tak dapat saya bendung ketika mengumandangkan Indonesia raya dan mengibarkan bendera merah putih di negeri tetangga dengan persaan bangga telah sedikit menorehkan prestasi untuk tanah air tercinta.
Saat ini, saya sedang aktif di kegiatan sosial di kampung halaman saya yaitu Ciparay, Kabupaten Bandung. Bersama teman-teman pemuda yang lain, kami sedang membangun kegiatan yang dinamai “Rumah Literasi Ciparay”, dimana Rumah Literasi ini akan menjadi wadah bagi para generasi muda untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas sesuai dengan minat dan bakat mereka. Terbentuknya Rumah Literasi ini di latar belakangi oleh banyaknya generasi muda (Ciparay khususnya) yang kurang memiliki minat baca dan terkesan menyepelekan pendidikan. Berdasarkan data dari World’s Most Literate Nations 2016*, Indonesia berada pada posisi ke-60  mengenai minat baca penduduknya. Maka dari itu, kami berinisiatif melakukan gerakan sosial ini dengan niat dan tujuan yang baik. Kami memiliki media sosial instagram @rumahliterasi.cpr untuk memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan kami.
            Kedepannya, saya ingin terlibat secara langsung untuk menajadi Agent of Change bagi Indonesia. Artinya saya ingin berkontribusi dalam pusat kemajuan dan perubahan bangsa Indonesia. Mungkin terlalu luas jika cakupannya menjadi agen perubahan saja, namun saya mempunyai hobi dan kegemaran dalam bidang menulis, terutama menulis sajak. Maka dari itu, saya ingin menjadi Agent of Change dalam bidang sastra dan literasi untuk Indonesia. Seperti kata Pram “Menulis adalah Melawan” artinya menulis merupakan pergerakan melawan ketertinggalan serta mencatat apa yang telah, sedang, dan akan terjadi.
            Bagaimanapun kontribusi saya, saya hanyalah salah satu dari sekian banyak pemuda Indonesia yang mempunyai keinginan yang sama untuk kemajuan negaranya. Terlepas dari itu semua, alangkah lebih baik jika kita dapat menyebarkan semangat pergerakan perubahan kepada seluruh pemuda-pemudi Indonesia. Mari menjadi generasi pembaharu bangsa, Salam semangat juang perubahan.

1 komentar:

Inilah saya bagi keluarga dan kontribusi yang telah, sedang, serta akan saya berikan untuk Indonesia

Orang tua senantiasa menginginkan anak yang bermanfaat bagi manusia yang lain— terlepas dari seberapa pintar dan pandai anaknya— yang terp...